Sintang , Kalimantan Barat, RajawaliNusantara.Com
Di tengah kebutuhan masyarakat akan bahan bakar minyak (BBM) yang terus meningkat, Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) nomor 64 786 01 5 yang terletak di Desa Nanga Merkak, Kecamatan Ketungau Hilir, Sintang, Kalimantan Barat, tidak pernah masuk pasokan BBM selama lebih dari setahun.
Kondisi fisik SPBU tersebut pun menunjukkan ketidak berdayaan, dengan tampak kumuh dan tidak terurus, seakan-akan tempat tersebut telah ditinggalkan oleh pengelolanya.
Informasi ini diperoleh dari salah satu warga setempat yang hanya ingin disebut dengan inisial IN. Menurut keterangan IN, pasokan bahan bakar minyak di SPBU Merkak telah terhenti selama lebih dari satu tahun.
“Ya kita juga tidak tahu pak, masalahnya apa. Apakah memang SPBU-nya sudah tutup atau bagaimana, kita kurang tahu pak. Silahkan bapak-bapak tanyakan langsung sama pemiliknya pak atau Pertamina,” ungkap IN saat ditemui di kediamannya.
Ketidakjelasan mengenai kondisi SPBU ini menimbulkan kebingungan di kalangan warga. Mengingat SPBU merupakan satu-satunya titik pengisian BBM di daerah tersebut, penghentian pasokan BBM tentu berdampak besar terhadap mobilitas dan aktivitas masyarakat yang bergantung pada bahan bakar untuk kendaraan mereka.
Kendala ini membuat masyarakat kesulitan dalam mendapatkan akses ke BBM, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi perekonomian lokal.
“Diduga minyaknya keluar terus dan diselewengkan. Kita berharap BPH Migas dan depot bisa menindaklanjuti masalah ini, kenapa SPBU di Desa Merkak tidak berfungsi.
Pihak BPH Migas sebagai lembaga yang bertanggung jawab dalam pengawasan distribusi BBM di Indonesia diharapkan dapat mengambil langkah tegas untuk menyelidiki kondisi ini.
Penyelidikan diperlukan untuk mengungkap apakah ada praktik penyimpangan atau masalah lain yang menyebabkan terhentinya pasokan BBM di SPBU tersebut. Selain itu, penting bagi pihak terkait untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat mengenai situasi yang terjadi, agar tidak timbul spekulasi dan keresahan di kalangan publik.
Kondisi ini menyoroti pentingnya sistem distribusi bahan bakar yang efektif dan transparan, terutama di daerah-daerah terpencil yang sangat bergantung pada ketersediaan BBM. Masyarakat berharap pihak-pihak terkait, termasuk pemilik SPBU dan Pertamina, dapat segera memberikan klarifikasi dan solusi yang tepat agar masyarakat di Desa Nanga Merkak tidak lagi mengalami kesulitan dalam mendapatkan bahan bakar minyak.
Dengan perhatian dan tindakan yang cepat dari pihak berwenang, diharapkan SPBU di Desa Nanga Merkak dapat beroperasi kembali, memenuhi kebutuhan masyarakat, dan memperbaiki kondisi fisiknya agar dapat memberikan layanan yang lebih baik ke depannya.(RED)